Project hari ke 2
Waktunya bicara sama diri sendiri, untuk tahu... apa sih sebenernya yang saya inginkan di sisa hidup saya atas diri saya sebagai seorang anak.
Jadi anak yang berbakti dan shalihah pastinya. Berbakti dan shalihah itu implementasinya seperti apa?
Coba menghadirkan sosok papa di depan, Papa gak seperti papa yang lain yang mereka sempat menua, merasakan belaian tangan keriput, wajah yang berkerut, rambut putih dan badan yang mulai gemetar. Papa gak sempat ke fase itu karena papa meninggal di usia muda, dalam keadaan gagah dan bugar. Tidak banyak kenanganku tentang dia, Tiba tiba aja ada sedih menyeruak dalam hati.... papa adalah orang yang pertama yang membisikan adzan di telinga ketika aku lahir, papa adalah orang pertama yang mengenalkan Allah pada tubuh dan pikiran ini. Apa yang sudah aku lakukan buat papa? Papa meninggal ketika aku berusia 14 tahun. Belum lagi aku sempat membahagiakan dan berbakti pada papa itu yang ada dipikiranku. Tapi... ternyata berbakti dan membahagiakan dalam doa sehari haripun kadang terlepas. Lelaki yang pertama kali melantunkan adzan itu jarang sekali aku doakan diantara adzan dan iqomah bahkan untuk ingat ketika adzan berkumandang pun jarang sekali terjadi.... berdoa hanya dikala ingat.... anak shalihah dan berbakti????? Hmmm... masih jauh sekali..
Coba menghadirkan mama di hadapan. Tubuhnya yang semakin renta. Matanya yang tidak lagi bening, lengannya yang mulai gemetar, kerut di wajahnya semakin hari semakin bertambah. Beliau sosok yang begitu luar biasa tangguh, membesarkan 6 orang anaknya nyaris seorang diri. Aku tahu mama wanita baik, aku tahu mama wanita hebat... tapi.. entah kenapa dia tidak menjadi sosok yang aku rindukan, walau aku berusaha setengah mati untuk bisa melakukan itu. Tapi ada sisi dalam diriku yang begitu antipati pada mama.
Mama wanita yang luar biasa, aku tahu dia sangat mencintai anak - anaknya, aku tahu galak dan caranya mendidik anak begitu keras karena lelahnya menjalani ujian dan tempaan hidup. Separuh hatiku mengakui kebenaran dan kebaikan itu. Tapi sayangnya separuh hatiku belum bisa menerima itu sampai sekarang.
Aku bertanya pada diriku, mau sampai kapan akan aku simpan rasa sakit, malu dan kecewa ini? Sampai kapan? Bukankah dia seorang sosok ibu yang begitu luar biasa? Yang telah menumpahkan keringat dan air matanya untuk menghidupimu Er?
Aku sadar itu benar.... tapi luka itu tetap ada. Tak terasa, tergenang air mata. Kenapa sulit sekali menerima itu semua? Bukankah sekarang aku pun seorang ibu? Bukankah akupun tidak bisa jadi ibu yang sempurna? Bukankah akupun mungkin melukai hati anak anak ku? Bagaimana kalau anak anakku juga tidak mampu memaafkan aku? Bagaimana kalau anak anakku juga tidak bisa menerima kekuranganku?
Apa yang harus aku lakukan untuk menghapus semua luka? Apa yang aku harus aku lakukan agar muncul kecintaan dan kerinduan yang dalam dan rasa bakti yang tulus bukan karena sekedar menggugurkan kewajiban.
Ya Rabb, mampukan aku membersihkan ingatan buruk ku, putihkan hatiku, tumbuhkan rasa cintaku dan mampukan aku memaafkan semua kejadian kejadian buruk itu.
Sebentar lagi Ramadhan, semoga semua bisa terselesaikan dengan baik.
#hari 3
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar