Project hari ke 2
Waktunya bicara sama diri sendiri, untuk tahu... apa sih sebenernya yang saya inginkan di sisa hidup saya atas diri saya sebagai seorang anak.
Jadi anak yang berbakti dan shalihah pastinya. Berbakti dan shalihah itu implementasinya seperti apa?
Coba menghadirkan sosok papa di depan, Papa gak seperti papa yang lain yang mereka sempat menua, merasakan belaian tangan keriput, wajah yang berkerut, rambut putih dan badan yang mulai gemetar. Papa gak sempat ke fase itu karena papa meninggal di usia muda, dalam keadaan gagah dan bugar. Tidak banyak kenanganku tentang dia, Tiba tiba aja ada sedih menyeruak dalam hati.... papa adalah orang yang pertama yang membisikan adzan di telinga ketika aku lahir, papa adalah orang pertama yang mengenalkan Allah pada tubuh dan pikiran ini. Apa yang sudah aku lakukan buat papa? Papa meninggal ketika aku berusia 14 tahun. Belum lagi aku sempat membahagiakan dan berbakti pada papa itu yang ada dipikiranku. Tapi... ternyata berbakti dan membahagiakan dalam doa sehari haripun kadang terlepas. Lelaki yang pertama kali melantunkan adzan itu jarang sekali aku doakan diantara adzan dan iqomah bahkan untuk ingat ketika adzan berkumandang pun jarang sekali terjadi.... berdoa hanya dikala ingat.... anak shalihah dan berbakti????? Hmmm... masih jauh sekali..
Coba menghadirkan mama di hadapan. Tubuhnya yang semakin renta. Matanya yang tidak lagi bening, lengannya yang mulai gemetar, kerut di wajahnya semakin hari semakin bertambah. Beliau sosok yang begitu luar biasa tangguh, membesarkan 6 orang anaknya nyaris seorang diri. Aku tahu mama wanita baik, aku tahu mama wanita hebat... tapi.. entah kenapa dia tidak menjadi sosok yang aku rindukan, walau aku berusaha setengah mati untuk bisa melakukan itu. Tapi ada sisi dalam diriku yang begitu antipati pada mama.
Mama wanita yang luar biasa, aku tahu dia sangat mencintai anak - anaknya, aku tahu galak dan caranya mendidik anak begitu keras karena lelahnya menjalani ujian dan tempaan hidup. Separuh hatiku mengakui kebenaran dan kebaikan itu. Tapi sayangnya separuh hatiku belum bisa menerima itu sampai sekarang.
Aku bertanya pada diriku, mau sampai kapan akan aku simpan rasa sakit, malu dan kecewa ini? Sampai kapan? Bukankah dia seorang sosok ibu yang begitu luar biasa? Yang telah menumpahkan keringat dan air matanya untuk menghidupimu Er?
Aku sadar itu benar.... tapi luka itu tetap ada. Tak terasa, tergenang air mata. Kenapa sulit sekali menerima itu semua? Bukankah sekarang aku pun seorang ibu? Bukankah akupun tidak bisa jadi ibu yang sempurna? Bukankah akupun mungkin melukai hati anak anak ku? Bagaimana kalau anak anakku juga tidak mampu memaafkan aku? Bagaimana kalau anak anakku juga tidak bisa menerima kekuranganku?
Apa yang harus aku lakukan untuk menghapus semua luka? Apa yang aku harus aku lakukan agar muncul kecintaan dan kerinduan yang dalam dan rasa bakti yang tulus bukan karena sekedar menggugurkan kewajiban.
Ya Rabb, mampukan aku membersihkan ingatan buruk ku, putihkan hatiku, tumbuhkan rasa cintaku dan mampukan aku memaafkan semua kejadian kejadian buruk itu.
Sebentar lagi Ramadhan, semoga semua bisa terselesaikan dengan baik.
#hari 3
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Belajar adalah passion saya dan membagikan ilmu yang saya miliki untuk memberikan kemanfaatan maksimal bagi orang banyak adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Proses belajar tanpa henti adalah sebuah fitrah, mengambil pelajaran adalah pilihan dan menyedekahkan ilmu yang bermanfaat adalah kesempatan.
Minggu, 31 Maret 2019
Jumat, 29 Maret 2019
BUNDA SAYANG TANTANGAN LEVEL 1 KOMUNIKASI PRODUKTIF #2
Project hari ke 1 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini untuk diri sendiri, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Nanya apa diri sendiri yang diinginkan dalam sisa hidup ini untuk diri sendiri. Tapi yang muncul jawabannya sangat normatif, bahagia, sukses, taat ibadah, mati dalam keadaan husnul khotimah.
Bahagia? Bahagia yang seperti apa? Katagori bahagia yang bagaimana? Hidup tanpa masalah? Hidup yang berkecukupan? Kesuksean macam apa? keluasan ibadah yang seperti apa?
42 tahun berjalan, apakah hidup ini belum bahagia? 10 tahun kehidupan pertama, semua seperti kelebatan mimpi ketika berusaha diingat. Erny kecil seperti apa hidupnya? Masa balita seperti apa? Semua nampak samar.... yang saya ingat hanya sebuah bantal kecil lusuh yang dibawa kemana - mana. Masa kecil di sekolah guru yang lebih memperhatikan anak anak orang berpunya.
Masa kecil yang mulai mengenal manis pahit kehidupan, hidup yang jauh dari berkecukupan, ketidak adilan kondisi sosial yang anti pendatang dan diskriminasi pada para perantau. Membuat batas kecerian masa kanak - kanak. Diskriminasi atas materi, diskriminasi atas status sosial. Diusia itu melihat betapa hidup perlu pergulatan yang hebat. Melihat sosok ibu yang begitu tangguh membesarkan 6 anaknya, walau harus bertangan besi dan gejolak emosi yang tak terkendali. Merasakan sensasi ketegangan, rasa takut, cemas akan hari esok. Diusia itu, mulai berlari kecil menjajakan kue untuk membantu wonderwoman tercinta bertahan hidup sehari demi sehari. Hidup dalam cemoohan, menjadi second layer social community, yang diabaikan dan diperlakukan tidak adil di berbagai kesempatan. Apakah saat itu saya tidak bahagia??? Ternyata tidak juga... banyak kebahagiaan juga disana. Kenangan - kenangan manis penuh tawa di tengah terseok di kehidupan yang perih ternyata tetap ada.
10 Tahun kehidupan ke dua. Dengan rasa minder dan paham segala keterbatasan yang ada, berusaha untuk bisa sejajar sama dengan yang lain. Berkompetisi untuk berusaha mendapatkan penghidupan lebih baik. Walau diiringi begitu banyak ujian yang kurang mengenakan??? Apa tidak bahagia?? Ternyata tidak juga. Banyak juga kenangan manis yang membahagiakan disana, walau mungkin saat itu dijalankan terasa perih dan duka.
10 Tahun kehidupan ke tiga, mulai menjadi seorang istri dan seorang ibu, wanita karir. Proses perubahan kehidupan ekstrim, penuh tekanan, penuh air mata. Kondisi kesehatan anak anak yang tidak sebaik anak lain, rumah tangga yang penuh ujian. Perih lelah mulai terasa, mendapat hadiah sakit Tumor syaraf, apakah menderita??? Ternyata tidak juga... ada banyak keindahan dan kebahagiaan juga di sana. Apakah materi adalah kunci kebahagiaan utama? Ternyata tidak juga. Ibadah keteteran karena fokus urusan dunia.... merasa bersalah? Iyaa.... tapi berulang ulang itu dilakukan.....
10 Tahun kehidupan ke empat sekarang, kondisi fisik semakin turun, keinginan hidup lebih tenang, ingin hidup tanpa terlalu banyak konflik, fokus bisa bermanfaat buat orang banyak. Hening, ingin punya banyak waktu untuk diri sendiri, memperbaiki diri, melakukan hal hal baik yang belum pernah saya lakukan. Melihat anak anak mengaktualisasikan diri mereka menjadi semakin positif sebagai generasi penerus yang tangguh dalam meimanan yang baik. Membagikan setiap ilmu yang bermanfaat. Ingin bisa menghafal alquran, memperdalam ilmu agama, perbaikan spiritual diri dimana semua bisa dilakukan karena Allah.
Apa aku bisa? Harus bisa... dimulai dengan mencoba bekerja sama dengan diri sendiri.
#hari1 2
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini untuk diri sendiri, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Nanya apa diri sendiri yang diinginkan dalam sisa hidup ini untuk diri sendiri. Tapi yang muncul jawabannya sangat normatif, bahagia, sukses, taat ibadah, mati dalam keadaan husnul khotimah.
Bahagia? Bahagia yang seperti apa? Katagori bahagia yang bagaimana? Hidup tanpa masalah? Hidup yang berkecukupan? Kesuksean macam apa? keluasan ibadah yang seperti apa?
42 tahun berjalan, apakah hidup ini belum bahagia? 10 tahun kehidupan pertama, semua seperti kelebatan mimpi ketika berusaha diingat. Erny kecil seperti apa hidupnya? Masa balita seperti apa? Semua nampak samar.... yang saya ingat hanya sebuah bantal kecil lusuh yang dibawa kemana - mana. Masa kecil di sekolah guru yang lebih memperhatikan anak anak orang berpunya.
Masa kecil yang mulai mengenal manis pahit kehidupan, hidup yang jauh dari berkecukupan, ketidak adilan kondisi sosial yang anti pendatang dan diskriminasi pada para perantau. Membuat batas kecerian masa kanak - kanak. Diskriminasi atas materi, diskriminasi atas status sosial. Diusia itu melihat betapa hidup perlu pergulatan yang hebat. Melihat sosok ibu yang begitu tangguh membesarkan 6 anaknya, walau harus bertangan besi dan gejolak emosi yang tak terkendali. Merasakan sensasi ketegangan, rasa takut, cemas akan hari esok. Diusia itu, mulai berlari kecil menjajakan kue untuk membantu wonderwoman tercinta bertahan hidup sehari demi sehari. Hidup dalam cemoohan, menjadi second layer social community, yang diabaikan dan diperlakukan tidak adil di berbagai kesempatan. Apakah saat itu saya tidak bahagia??? Ternyata tidak juga... banyak kebahagiaan juga disana. Kenangan - kenangan manis penuh tawa di tengah terseok di kehidupan yang perih ternyata tetap ada.
10 Tahun kehidupan ke dua. Dengan rasa minder dan paham segala keterbatasan yang ada, berusaha untuk bisa sejajar sama dengan yang lain. Berkompetisi untuk berusaha mendapatkan penghidupan lebih baik. Walau diiringi begitu banyak ujian yang kurang mengenakan??? Apa tidak bahagia?? Ternyata tidak juga. Banyak juga kenangan manis yang membahagiakan disana, walau mungkin saat itu dijalankan terasa perih dan duka.
10 Tahun kehidupan ke tiga, mulai menjadi seorang istri dan seorang ibu, wanita karir. Proses perubahan kehidupan ekstrim, penuh tekanan, penuh air mata. Kondisi kesehatan anak anak yang tidak sebaik anak lain, rumah tangga yang penuh ujian. Perih lelah mulai terasa, mendapat hadiah sakit Tumor syaraf, apakah menderita??? Ternyata tidak juga... ada banyak keindahan dan kebahagiaan juga di sana. Apakah materi adalah kunci kebahagiaan utama? Ternyata tidak juga. Ibadah keteteran karena fokus urusan dunia.... merasa bersalah? Iyaa.... tapi berulang ulang itu dilakukan.....
10 Tahun kehidupan ke empat sekarang, kondisi fisik semakin turun, keinginan hidup lebih tenang, ingin hidup tanpa terlalu banyak konflik, fokus bisa bermanfaat buat orang banyak. Hening, ingin punya banyak waktu untuk diri sendiri, memperbaiki diri, melakukan hal hal baik yang belum pernah saya lakukan. Melihat anak anak mengaktualisasikan diri mereka menjadi semakin positif sebagai generasi penerus yang tangguh dalam meimanan yang baik. Membagikan setiap ilmu yang bermanfaat. Ingin bisa menghafal alquran, memperdalam ilmu agama, perbaikan spiritual diri dimana semua bisa dilakukan karena Allah.
Apa aku bisa? Harus bisa... dimulai dengan mencoba bekerja sama dengan diri sendiri.
#hari1 2
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
BUNDA SAYANG TANTANGAN LEVEL 1 KOMUNIKASI PRODUKTIF #1
Habis merenungi materi Komunikasi Produktif, saya terpikir sepertinya sebelum melakukan komunikasi produktif dengan anak dan pasangan, sepertinya saya harus terlebih dahulu memperbaiki komunikasi dengan diri saya sendiri. Karena sepertinya saya sangat membutuhkan itu.
Jadi saat break training saya WA mba Vita buat nanya apakah boleh saya ambil tantangan komunikasi produktif nya saya ambil komunikasi produktif dengan diri saya sendiri, dan ternyata jawabannya bikin happy.... yeiiiyy.....
Oke Erny.... mulai hari ini kita bikin kontrak project yaaa....sekarang kita akan siapkan perencanaan program komunikasi produktif yang akan kita jalani 9 hari ke depan.
Maka seorang Erny harus komit menyiapkan waktu untuk berkomunikasi dengan diri Erny sendiri dan bekerja sama untuk bisa membantu diri sendiri mampu memiliki model komunikasi produktif dengan diri sendiri sehingga bisa melakukan komunikasi produktif dengan anak dan pasangan.
Project hari ke 1 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini untuk diri sendiri, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 2 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai anak, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 3 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai istri, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 4 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai seorang ibu, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 5 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai bagian masyarakat, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 6 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai seorang pimpinan, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 7 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai Pendidik , apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 8 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai Therapist , apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 9 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini dalam berdakwah, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Okee.. bismillah semoga semua Allah mudahkan dan dimampukan untuk istiqomah.
#hari1
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Jadi saat break training saya WA mba Vita buat nanya apakah boleh saya ambil tantangan komunikasi produktif nya saya ambil komunikasi produktif dengan diri saya sendiri, dan ternyata jawabannya bikin happy.... yeiiiyy.....
Oke Erny.... mulai hari ini kita bikin kontrak project yaaa....sekarang kita akan siapkan perencanaan program komunikasi produktif yang akan kita jalani 9 hari ke depan.
Maka seorang Erny harus komit menyiapkan waktu untuk berkomunikasi dengan diri Erny sendiri dan bekerja sama untuk bisa membantu diri sendiri mampu memiliki model komunikasi produktif dengan diri sendiri sehingga bisa melakukan komunikasi produktif dengan anak dan pasangan.
Project hari ke 1 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini untuk diri sendiri, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 2 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai anak, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 3 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai istri, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 4 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai seorang ibu, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 5 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai bagian masyarakat, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 6 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai seorang pimpinan, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 7 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai Pendidik , apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 8 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini sebagai Therapist , apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Project hari ke 9 :
Apa yang diinginkan dalam sisa hidup ini dalam berdakwah, apa kendalanya dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai yang diinginkan.
Okee.. bismillah semoga semua Allah mudahkan dan dimampukan untuk istiqomah.
#hari1
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Kamis, 28 Maret 2019
Bunda Sayang Materi #1 : Komunikasi Produktif
Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif, agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan, baik kepada diri sendiri, kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.
KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI
Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.
Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.
Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir dan cara kita berpikir
Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.
Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda
Kata masalah gantilah dengan tantangan
Kata Susah gantilah dengan Menarik
Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu
Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.
Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.
Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya
Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.
Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.
KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.
Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu, pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang – Emosi kecil; bila Nalar pendek – Emosi tinggi
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa –sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali– maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. Choose the Right Time
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.
3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan “Aku jujur. Sumpah berani mati!” namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.
4. Intensity of Eye Contact
Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati
Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
5. Kaidah: I’m responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.
KOMUNIKASI DENGAN ANAK
Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. Keep Information Short & Simple (KISS)
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya
✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.
c. Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
d. Fokus ke depan, bukan masa lalu
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”
e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”
Otak kita akan bekerja sesuai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.
f. Fokus pada solusi bukan pada masalah
⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman
⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?
✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya bahagia sekali di sekolah, boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
⛔Kalimat tidak produktif :
“Masa sih cuma jalan segitu aja capek?”
✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
k. Ganti perintah dengan pilihan
⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi, baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
Salam Ibu Profesional,
/Tim Bunda Sayang IIP/
Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000
Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 201 4
Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari
KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI
Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.
Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.
Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir dan cara kita berpikir
Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.
Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda
Kata masalah gantilah dengan tantangan
Kata Susah gantilah dengan Menarik
Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu
Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.
Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.
Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya
Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.
Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.
KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.
Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu, pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang – Emosi kecil; bila Nalar pendek – Emosi tinggi
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa –sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali– maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. Choose the Right Time
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.
3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan “Aku jujur. Sumpah berani mati!” namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.
4. Intensity of Eye Contact
Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati
Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
5. Kaidah: I’m responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.
KOMUNIKASI DENGAN ANAK
Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. Keep Information Short & Simple (KISS)
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya
✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.
c. Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
d. Fokus ke depan, bukan masa lalu
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”
e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”
Otak kita akan bekerja sesuai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.
f. Fokus pada solusi bukan pada masalah
⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman
⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?
✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya bahagia sekali di sekolah, boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
⛔Kalimat tidak produktif :
“Masa sih cuma jalan segitu aja capek?”
✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
k. Ganti perintah dengan pilihan
⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi, baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
Salam Ibu Profesional,
/Tim Bunda Sayang IIP/
Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000
Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 201 4
Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari
Rabu, 27 Maret 2019
MANAJEMEN WAKTU KULIAH BUNSAY BATCH #5
NICE HOMEWORK PRA BUNSAY #2
Bimillahirrohmaanirrohiim.....
Sekarang waktunya kejar setoran NHW Pra Bunsay#2, Pembahasannya soal Manajemen Waktu Kuliah. Kuliah Bunsay ini memang perlu komitmen pada manajemen waktu dengan kuat. Dan buat saya ini gak mudah. Serius... jadi pengurus yayasan di Pondok Pesantren Ibad Arrahman itu kalau kata Pembinanya,gak boleh makan, gak boleh tidur dan gak boleh sakit...hehehe.... sakingnya kita itu bener bener mengabdikan diri 24 jam buat santri santri, buat membimbing guru guru, kontrol mobilitas pondok, urusan dengan pihak ke -3, hubungan dengan walisantri, belum lagi seabrek urusan negara lain.... drama banget yaa... hikk..hikk... tapi sebenernya sekarang itu semakin susah ngebagi waktunya karena ada jadwal - jadwal saya harus ke luar kota buat sekolah hypnoterapy klinis di sebuah institut di Surabaya, ada juga musti kursus Executive Class di John Robert Powers, juga ada training marketing yang jadwalnya padat, meeting meeting di luar kota dan gak jarang perubahan jadwal secara sinificant karena kondisi lapangan di pondok.
Walaupun yang namanya jadwal itu kondisi berubahnya sering banget, tapi yang namanya daily planner itu tetap penting dengan harapan waktu yang digunakan bisa dijalankan dengan optimal. Sebetulnya sudah beberapa kali dapat materi manajemen waktu, dulu jaman masih ngantor udah dapat training dari lembaga training PPM, di John Robert Powers juga dapat materi itu, sekarang dapat di Institut Ibu Profesional. Secara prinsip sebetulnya sama, semua juga mereferensikan kuadran sebagai penetapan prioritas dalam manajemen waktu. Di Kelas Bunsay Batch#5 ini pakai kuadran yang merujuk sebagai berikut :
Jadi, menurut mba Vita, Manajemen waktu kuliah bunda Sayang itu sebenernya SE-DER-HA-NA, yang rumit adalah jika tidak punya kandang waktu, dan menunda aneka to do list (langsung tepok jidat baca chatnya... )
Terlepas dari tipe seperti apakah kita, apakah tipe yang fleksible , atau tipe yang sangat komitmen dengan rencana yang dibuat, yang terpenting smua dimulai dari rencana.
Manajemen waktu khususnya untuk kuliah BunSay bisa dijalani dengan strategi :
List - Plan - Action - Re-check
Buat Listing kegiatan, Rencanakan kegiatan dalam "Kandang Waktu" atau yang biasa disebut time table yang telah ditetapkan, action, lalu check kembali. Evaluasi apakah penjadwalan tersebut cukup efektif atau perlu dilakukan perbaikan dan penjadwalan ulang. Lalu kembali lagi masuk ke point pertama (Listing Kegiatan)
Bagaimana caranya biar fokus pada rencana awal ditengah segala kompleksitas di keseharian? berikut rumusnya :
Oke beranjak ke tugas, intruksinya : silahkan membuat jadwal harian dan memasukan screen / gadget time di dalamnya. Atur strategi untuk menyelesaikan tugas BunSay Setiap Harinya. Misal dengan menginput setoran 10 hari dalam to do list jadwal harian. Daaaan... taraaaaa... ini hasilnya :
Alhamdulillah.... waktunya kejar tayang susulan NHW Pra Bunsay #3.... Semangatttttt...
NICE HOMEWORK PRA BUNSAY #2
Bimillahirrohmaanirrohiim.....
Sekarang waktunya kejar setoran NHW Pra Bunsay#2, Pembahasannya soal Manajemen Waktu Kuliah. Kuliah Bunsay ini memang perlu komitmen pada manajemen waktu dengan kuat. Dan buat saya ini gak mudah. Serius... jadi pengurus yayasan di Pondok Pesantren Ibad Arrahman itu kalau kata Pembinanya,gak boleh makan, gak boleh tidur dan gak boleh sakit...hehehe.... sakingnya kita itu bener bener mengabdikan diri 24 jam buat santri santri, buat membimbing guru guru, kontrol mobilitas pondok, urusan dengan pihak ke -3, hubungan dengan walisantri, belum lagi seabrek urusan negara lain.... drama banget yaa... hikk..hikk... tapi sebenernya sekarang itu semakin susah ngebagi waktunya karena ada jadwal - jadwal saya harus ke luar kota buat sekolah hypnoterapy klinis di sebuah institut di Surabaya, ada juga musti kursus Executive Class di John Robert Powers, juga ada training marketing yang jadwalnya padat, meeting meeting di luar kota dan gak jarang perubahan jadwal secara sinificant karena kondisi lapangan di pondok.
Walaupun yang namanya jadwal itu kondisi berubahnya sering banget, tapi yang namanya daily planner itu tetap penting dengan harapan waktu yang digunakan bisa dijalankan dengan optimal. Sebetulnya sudah beberapa kali dapat materi manajemen waktu, dulu jaman masih ngantor udah dapat training dari lembaga training PPM, di John Robert Powers juga dapat materi itu, sekarang dapat di Institut Ibu Profesional. Secara prinsip sebetulnya sama, semua juga mereferensikan kuadran sebagai penetapan prioritas dalam manajemen waktu. Di Kelas Bunsay Batch#5 ini pakai kuadran yang merujuk sebagai berikut :
Jadi, menurut mba Vita, Manajemen waktu kuliah bunda Sayang itu sebenernya SE-DER-HA-NA, yang rumit adalah jika tidak punya kandang waktu, dan menunda aneka to do list (langsung tepok jidat baca chatnya... )
Terlepas dari tipe seperti apakah kita, apakah tipe yang fleksible , atau tipe yang sangat komitmen dengan rencana yang dibuat, yang terpenting smua dimulai dari rencana.
Manajemen waktu khususnya untuk kuliah BunSay bisa dijalani dengan strategi :
List - Plan - Action - Re-check
Buat Listing kegiatan, Rencanakan kegiatan dalam "Kandang Waktu" atau yang biasa disebut time table yang telah ditetapkan, action, lalu check kembali. Evaluasi apakah penjadwalan tersebut cukup efektif atau perlu dilakukan perbaikan dan penjadwalan ulang. Lalu kembali lagi masuk ke point pertama (Listing Kegiatan)
Bagaimana caranya biar fokus pada rencana awal ditengah segala kompleksitas di keseharian? berikut rumusnya :
Oke beranjak ke tugas, intruksinya : silahkan membuat jadwal harian dan memasukan screen / gadget time di dalamnya. Atur strategi untuk menyelesaikan tugas BunSay Setiap Harinya. Misal dengan menginput setoran 10 hari dalam to do list jadwal harian. Daaaan... taraaaaa... ini hasilnya :
Alhamdulillah.... waktunya kejar tayang susulan NHW Pra Bunsay #3.... Semangatttttt...
ADAB MENUNTUT ILMU X CoC
NICE HOMEWORK PRA BUNSAY#1 KULIAH BUNSAY INSTITUT IBU PROFESIONAL
Setelah beberapa hari menunaikan ibadah di tanah suci, kembali ke Indonesia dengan mengalami jetleg yang lumayan butuh waktu untuk mengadaptasi kembali dengan waktu biologis di Indonesia. Dimulai dengan memfollow up segala pekerjaan yang terpending sekian lama, sambil bulak balik buka group BunSay#5 dan Group PeEr yang ternyata susah sekali buat mengejar ketertinggalan diskusi 3 minggu para bunda keren dan aktif di dua group tersebut. Tapi berusaha memenuhi komitmen awal untuk berusaha istiqomah menjalani kuliah BunSay ini, maka mulai hari ini bertekad buat mengejar ketertinggalan.
Dimulai dengan mengerjakan tugas pertama Nice Home Work (NHW) #1, pertama tama itu saya baca di group ada diskusinya di group Bunsay #5, lumayan seru diskusi materinya dibimbing Mba Vita, Bahwa Adab menuntut ilmu itu penting, karena tentu dalam menuntut ilmu, yang kita ingin adalah agar ilmu itu berkah untuk kehidupan kita.
Maka rumusnya : dengan beradab terhadap ilmu, sikap ini membuat semua ridho. Ridho itu membuat ilmu / aktifitas jadi berkah. Keberkahan itu membuat bahagia dan kebahagiaan itu membuat kita makin mulia.
Tetapi ketika perbuatan kita tidak beradab, maka akan membuat ada pihak yang tidak Ridho, membuat aktivitas / ilmu tidak berkah. Ketidak berkahan membuat hidup kita tidak bahagia, orang yang tidak bahagia, prosentase melakukan perbuatan tidak beradab lagi menjadi lebih besar.
Hmmm... asupan yang cukup bervitamin.
Lalu mengintip keseruan diskusi group PeEr terkait materi ini, Duuh diskusi santai yang asik, sambil diskusi sambil curcol dan diantara mereka ada juga yang harus mendadak break karena sambil ngurus anak. Luar biasa, memang gak mudah untuk seorang ibu mendapatkan cukup waktu mengupgrade diri, maka ketika kita memutuskan untuk mengikuti kuliah bunda sayang, kita harus benar benar sadar bahwa kemampuan manajemen waktu sangat diperlukan.
Mulailah sekarng waktunya saya menjawab satu persatu tugas NHW#1.
1. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu Bunda Sayang?
Jawaban : Belajar itu adalah proses tiada henti sampai kita mati. Passion saya adalah Belajar. Membagikan ilmu yang saya miliki adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Proses belajar tanpa henti adalah sebuah fitrah, kesempatan belajar / mengambil pelajaran adalah pilihan dan menyedekahkan ilmu adalah kesempatan. Maka untuk menikmati kebahagiaan itu, saya perlu bekal ilmu yang tidak sedikit. Ilmu bunda Sayang menurut saya adalah ilmu yang sangat baik yang bisa saya gunakan bagi diri saya sendiri dan juga orang - orang di sekeliling saya. karena itu saya memutuskan untuk ikut serta dalam kuliah Bunda Sayang ini.
2. Strategi menuntut ilmu yang anda rencanakan di bidang tersebut?
Jawaban : Dengan mempelajari ilmu di Kelas Bunda Sayang, maka saya harus menata ulang jadwal kegiatan saya yang lumayan padat dan kadang berubah mendadak karena kegiatan saya sangat berkait dengan pihak ke3. Saya juga harus menambah waktu untuk membaca berbagai referensi baik buku, blog atau apapun terkait dengan materi Bunsay untuk menambah khasanah pengetahuan. Dan tentunya untuk bisa berbagi pengalaman dan ilmu, saya coba mencatat dan membagikannya di blog saya agar bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
3. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?
Jawaban : Saya ini orangnya suka sekali berdiskusi, tapi alih alih diskusi kadang malah terpancing buat berdebat hehehe....karenanya saya harus belajar untuk menghargai pendapat orang lain. Selain itu saya juga harus giat, tekun dan konsisten atas segala konsekwensi yang muncul karena kegiatan kuliah Bunsay ini. Belajar dari ketertinggalan saya hingga hari ini, maka saya tidak boleh menunda apapun tugas kuliah Bunsay ini agar tidak semakin tertinggal jauh dari para ibu- ibu keren dan kece itu
Beralih ke Tugas Group, saya gak ikutan diskusinya sih... karena waktu itu masih di tanah Harom, tapi diskusi group PEER group 2 Bunsay#5 Sebagai berikut :
1. Bagaimana mengantisipasi kesibukan dan godaan agar komitmen mengikuti perkuliahan bisa berjalan dengan lancar dan baik.
Jawaban : Ketika memutuskan untuk mengikuti kuliah bunda sayang, sebisa mungkin sejak awal kita sadar bahwa menjadi mahasiswi disini pasti akan mengambil waktu kita dalam aktivitas sehari-hari menjadi istri juga ibu. Untuk itu sebaiknya kita melakukan antisipasi diri dengan melakukan manajemen waktu dan energi yang sudah dipelajari di kelas matrikulasi.
Godaan yang paling sering datang di kalangan ibu-ibu, biasanya kondisi anak yang unpredictable, entah tiba-tiba sakit atau sedang ingin terus ditemani bermain atau malah kita yang sakit karena kelelahan. Jadi antisipasi terkait manajemen waktu dan energi bisa dilakukan dengan segera mengerjakan tugas-tugas yang ada sebelum hal-hal tak terprediksi datang dan malah menjadi alasan kita untuk telat atau bahkan tidak mengumpulkan tugas.
Kami pun percaya, bahwa semakin diakhirkan penyelesaian tugas, semakin dekat deadline dan terburu-buru, semakin tidak optimal pengerjaannya.
2. Jika memiliki pendapat yang berbeda dengan apa yang disampaikan fasilitator bagaimana cara menyampaikannya dan setelah disampaikan tidak mendapat titik temu, bagaimana menyikapinya?
Jawaban : Setiap kepala pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Berbeda pendapat merupakan suatu keniscayaan, yang perlu diperhatikan adalah cara penyampaiannya.
Jika kami memiliki pendapat berbeda, sebisa mungkin kami tetap sampaikan di dalam grup namun dalam bahasa yang sopan. Jika setelah pendapat kami disampaikan masih juga belum ada titik temu, kami akan mengambil kesimpulan bahwa tiap orang memang bisa saja memiliki pendapat atau keyakinan yang berbeda karena memiliki latar belakang keseharian yang juga berbeda-beda. Jadi sebisa mungkin kami akan tetap menghargai pendapatnya meski kami tetap meyakini pendapat kami pribadi.
Menurut kami, penting untuk tetap mengajukan pendapat di dalam grup, karena dengan begitu, kita mungkin bisa mendapat banyak insight terkait pendapat kita tadi. Bisa jadi kita berubah pikiran atau justru semakin kuat meyakini pendapat kita.
Kalaupun pada akhirnya suatu keputusan diambil tidak berdasarkan pendapat kita, its ok. Hidup dengan banyak orang, harus banyak-banyak lapang dada. Dari perbedaan pendapat juga kita bisa mendapatkan sudut pandang yg berbeda
3. Cara apa yang kita lakukan untuk berbagi kebahagiaan, manfaat dan hikmah yang didapat selama perkuliahan kepada keluarga, teman dan Lingkungan?
Jawaban : Mempraktekkan ilmu satu persatu dalam setiap lini keseharian hingga menjadi kebiasaan dan karakter dalam diri.
Pertama berbagi ilmu dulu dengan suami. Kita harus berubah dulu jadi lebih baik hingga mereka merasakan perubahan dan energi positif kita dari semua ilmu yang kita pelajari. Perlihatkan perubahan yang kita lakukan setelah belajar di kelas ini. Sehingga mereka yakin disini bisa jadi salah satu tempat untuk belajar menjadi ibu, istri dan pribadi yang lebih baik.
Jika merasakan manfaat dari materi dan tantangan bunda sayang, kami akan dengan senang hati membagikannya kepada kerabat terutama dalam bentuk sharing di media sosial. Jika ada ibu lain dalam lingkaran menanyakan permasalah pengasuhan yang sedang dialaminya, sebisa mungkin membantu dengan memberikan informasi sesuai dengan ilmu yang telah kita dapat di kelas ini, tentunya dengan cara-cara yang baik tanpa terkesan menggurui.
4. Bagaimana tanggapan kita terhadap teman yang mundur di tengah jalan, cuti, bahkan remedial?
Jawaban : Setiap orang yang mendaftar kelas bunda sayang sebetulnya sudah punya kesungguhan yang besar untuk mengikuti kelas ini, apalagi dengan seleksi yang lebih ketat sekarang ini bahkan dengan mengerjakan essay terlebih dahulu. Hanya saja, kadang kita lupa bahwa yang kita rencankan bisa saja tidak sejalan dengan yang Allah qodarkan. Menurut kami, pasti ada alasan cukup penting yang membuat seorang mahasiswi bunsay memutuskan untuk cuti.
Sebisa mungkin tetap husnudzon terhadap peserta tersebut dan melakukan pendekatan personal. Bila memungkinkan, dibantu menyelesaikan kendala yang dihadapi peserta tersebut.
Saling support, kerjasama, saling membantu, saling perduli sehingga proses belajar dilalui bersama sama terasa tidak berat jadilah terasa ringan dan menyenangkan.
Selesai sudah pembahasan NHW #1 ini walaupun sebenernya pinginnya lebih baik lagi, tapi apa daya tugas tugas berikutnya yang tertinggal dan tugas tugas sebagai pengurus yayasan serta ibu rumah tangga sudah ngantri nunggu sentuhan. Semoga bisa istiqomah dan lebih baik lagi dan semoga juga memberi manfaat buat yang membaca.... Aamiin
NICE HOMEWORK PRA BUNSAY#1 KULIAH BUNSAY INSTITUT IBU PROFESIONAL
Setelah beberapa hari menunaikan ibadah di tanah suci, kembali ke Indonesia dengan mengalami jetleg yang lumayan butuh waktu untuk mengadaptasi kembali dengan waktu biologis di Indonesia. Dimulai dengan memfollow up segala pekerjaan yang terpending sekian lama, sambil bulak balik buka group BunSay#5 dan Group PeEr yang ternyata susah sekali buat mengejar ketertinggalan diskusi 3 minggu para bunda keren dan aktif di dua group tersebut. Tapi berusaha memenuhi komitmen awal untuk berusaha istiqomah menjalani kuliah BunSay ini, maka mulai hari ini bertekad buat mengejar ketertinggalan.
Dimulai dengan mengerjakan tugas pertama Nice Home Work (NHW) #1, pertama tama itu saya baca di group ada diskusinya di group Bunsay #5, lumayan seru diskusi materinya dibimbing Mba Vita, Bahwa Adab menuntut ilmu itu penting, karena tentu dalam menuntut ilmu, yang kita ingin adalah agar ilmu itu berkah untuk kehidupan kita.
Maka rumusnya : dengan beradab terhadap ilmu, sikap ini membuat semua ridho. Ridho itu membuat ilmu / aktifitas jadi berkah. Keberkahan itu membuat bahagia dan kebahagiaan itu membuat kita makin mulia.
Tetapi ketika perbuatan kita tidak beradab, maka akan membuat ada pihak yang tidak Ridho, membuat aktivitas / ilmu tidak berkah. Ketidak berkahan membuat hidup kita tidak bahagia, orang yang tidak bahagia, prosentase melakukan perbuatan tidak beradab lagi menjadi lebih besar.
Hmmm... asupan yang cukup bervitamin.
Lalu mengintip keseruan diskusi group PeEr terkait materi ini, Duuh diskusi santai yang asik, sambil diskusi sambil curcol dan diantara mereka ada juga yang harus mendadak break karena sambil ngurus anak. Luar biasa, memang gak mudah untuk seorang ibu mendapatkan cukup waktu mengupgrade diri, maka ketika kita memutuskan untuk mengikuti kuliah bunda sayang, kita harus benar benar sadar bahwa kemampuan manajemen waktu sangat diperlukan.
Mulailah sekarng waktunya saya menjawab satu persatu tugas NHW#1.
1. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu Bunda Sayang?
Jawaban : Belajar itu adalah proses tiada henti sampai kita mati. Passion saya adalah Belajar. Membagikan ilmu yang saya miliki adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Proses belajar tanpa henti adalah sebuah fitrah, kesempatan belajar / mengambil pelajaran adalah pilihan dan menyedekahkan ilmu adalah kesempatan. Maka untuk menikmati kebahagiaan itu, saya perlu bekal ilmu yang tidak sedikit. Ilmu bunda Sayang menurut saya adalah ilmu yang sangat baik yang bisa saya gunakan bagi diri saya sendiri dan juga orang - orang di sekeliling saya. karena itu saya memutuskan untuk ikut serta dalam kuliah Bunda Sayang ini.
2. Strategi menuntut ilmu yang anda rencanakan di bidang tersebut?
Jawaban : Dengan mempelajari ilmu di Kelas Bunda Sayang, maka saya harus menata ulang jadwal kegiatan saya yang lumayan padat dan kadang berubah mendadak karena kegiatan saya sangat berkait dengan pihak ke3. Saya juga harus menambah waktu untuk membaca berbagai referensi baik buku, blog atau apapun terkait dengan materi Bunsay untuk menambah khasanah pengetahuan. Dan tentunya untuk bisa berbagi pengalaman dan ilmu, saya coba mencatat dan membagikannya di blog saya agar bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
3. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?
Jawaban : Saya ini orangnya suka sekali berdiskusi, tapi alih alih diskusi kadang malah terpancing buat berdebat hehehe....karenanya saya harus belajar untuk menghargai pendapat orang lain. Selain itu saya juga harus giat, tekun dan konsisten atas segala konsekwensi yang muncul karena kegiatan kuliah Bunsay ini. Belajar dari ketertinggalan saya hingga hari ini, maka saya tidak boleh menunda apapun tugas kuliah Bunsay ini agar tidak semakin tertinggal jauh dari para ibu- ibu keren dan kece itu
Beralih ke Tugas Group, saya gak ikutan diskusinya sih... karena waktu itu masih di tanah Harom, tapi diskusi group PEER group 2 Bunsay#5 Sebagai berikut :
1. Bagaimana mengantisipasi kesibukan dan godaan agar komitmen mengikuti perkuliahan bisa berjalan dengan lancar dan baik.
Jawaban : Ketika memutuskan untuk mengikuti kuliah bunda sayang, sebisa mungkin sejak awal kita sadar bahwa menjadi mahasiswi disini pasti akan mengambil waktu kita dalam aktivitas sehari-hari menjadi istri juga ibu. Untuk itu sebaiknya kita melakukan antisipasi diri dengan melakukan manajemen waktu dan energi yang sudah dipelajari di kelas matrikulasi.
Godaan yang paling sering datang di kalangan ibu-ibu, biasanya kondisi anak yang unpredictable, entah tiba-tiba sakit atau sedang ingin terus ditemani bermain atau malah kita yang sakit karena kelelahan. Jadi antisipasi terkait manajemen waktu dan energi bisa dilakukan dengan segera mengerjakan tugas-tugas yang ada sebelum hal-hal tak terprediksi datang dan malah menjadi alasan kita untuk telat atau bahkan tidak mengumpulkan tugas.
Kami pun percaya, bahwa semakin diakhirkan penyelesaian tugas, semakin dekat deadline dan terburu-buru, semakin tidak optimal pengerjaannya.
2. Jika memiliki pendapat yang berbeda dengan apa yang disampaikan fasilitator bagaimana cara menyampaikannya dan setelah disampaikan tidak mendapat titik temu, bagaimana menyikapinya?
Jawaban : Setiap kepala pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Berbeda pendapat merupakan suatu keniscayaan, yang perlu diperhatikan adalah cara penyampaiannya.
Jika kami memiliki pendapat berbeda, sebisa mungkin kami tetap sampaikan di dalam grup namun dalam bahasa yang sopan. Jika setelah pendapat kami disampaikan masih juga belum ada titik temu, kami akan mengambil kesimpulan bahwa tiap orang memang bisa saja memiliki pendapat atau keyakinan yang berbeda karena memiliki latar belakang keseharian yang juga berbeda-beda. Jadi sebisa mungkin kami akan tetap menghargai pendapatnya meski kami tetap meyakini pendapat kami pribadi.
Menurut kami, penting untuk tetap mengajukan pendapat di dalam grup, karena dengan begitu, kita mungkin bisa mendapat banyak insight terkait pendapat kita tadi. Bisa jadi kita berubah pikiran atau justru semakin kuat meyakini pendapat kita.
Kalaupun pada akhirnya suatu keputusan diambil tidak berdasarkan pendapat kita, its ok. Hidup dengan banyak orang, harus banyak-banyak lapang dada. Dari perbedaan pendapat juga kita bisa mendapatkan sudut pandang yg berbeda
3. Cara apa yang kita lakukan untuk berbagi kebahagiaan, manfaat dan hikmah yang didapat selama perkuliahan kepada keluarga, teman dan Lingkungan?
Jawaban : Mempraktekkan ilmu satu persatu dalam setiap lini keseharian hingga menjadi kebiasaan dan karakter dalam diri.
Pertama berbagi ilmu dulu dengan suami. Kita harus berubah dulu jadi lebih baik hingga mereka merasakan perubahan dan energi positif kita dari semua ilmu yang kita pelajari. Perlihatkan perubahan yang kita lakukan setelah belajar di kelas ini. Sehingga mereka yakin disini bisa jadi salah satu tempat untuk belajar menjadi ibu, istri dan pribadi yang lebih baik.
Jika merasakan manfaat dari materi dan tantangan bunda sayang, kami akan dengan senang hati membagikannya kepada kerabat terutama dalam bentuk sharing di media sosial. Jika ada ibu lain dalam lingkaran menanyakan permasalah pengasuhan yang sedang dialaminya, sebisa mungkin membantu dengan memberikan informasi sesuai dengan ilmu yang telah kita dapat di kelas ini, tentunya dengan cara-cara yang baik tanpa terkesan menggurui.
4. Bagaimana tanggapan kita terhadap teman yang mundur di tengah jalan, cuti, bahkan remedial?
Jawaban : Setiap orang yang mendaftar kelas bunda sayang sebetulnya sudah punya kesungguhan yang besar untuk mengikuti kelas ini, apalagi dengan seleksi yang lebih ketat sekarang ini bahkan dengan mengerjakan essay terlebih dahulu. Hanya saja, kadang kita lupa bahwa yang kita rencankan bisa saja tidak sejalan dengan yang Allah qodarkan. Menurut kami, pasti ada alasan cukup penting yang membuat seorang mahasiswi bunsay memutuskan untuk cuti.
Sebisa mungkin tetap husnudzon terhadap peserta tersebut dan melakukan pendekatan personal. Bila memungkinkan, dibantu menyelesaikan kendala yang dihadapi peserta tersebut.
Saling support, kerjasama, saling membantu, saling perduli sehingga proses belajar dilalui bersama sama terasa tidak berat jadilah terasa ringan dan menyenangkan.
Selesai sudah pembahasan NHW #1 ini walaupun sebenernya pinginnya lebih baik lagi, tapi apa daya tugas tugas berikutnya yang tertinggal dan tugas tugas sebagai pengurus yayasan serta ibu rumah tangga sudah ngantri nunggu sentuhan. Semoga bisa istiqomah dan lebih baik lagi dan semoga juga memberi manfaat buat yang membaca.... Aamiin
Langganan:
Postingan (Atom)